Jumat, 21 November 2014

Pelangi di Hari Kelabu

Di sinilah hidup seorang gadis remaja yang cantik, di sebuah rumah sederhana yang awalnya merupakan tempat yang tidak layak untuk ditempati namun ia bisa menyulap tempat itu menjadi tempat yang nyaman walau dengan keterbatasan fisik.
Pelangi! Yap!! Ia sangat menyukai pelangi, baginya saat melihat pelangi ada satu titik semangat yang muncul di hatinya untuk menjalani hidup yang mungkin kini tak berarti lagi baginya. Namun entah kapan ia bisa melihat indahnya pelangi lagi, semenjak suatu kejadian tragis yang membuatnya kehilangan segalanya.
Malam itu menjadi malam duka yang membuatnya hampir gila. Sebuah kecelakaan maut yang merenggut nyawa ibu dan ayahnya, orang-orang yang dia miliki itu pun telah tiada, dan kecelakaan itu pula yang menyebabkan ia menderita sepanjang masa. Hanya kegelapan yang dapat ia lihat di setiap harinya. Ia mengalami kebutaan hingga menyebabkan ia tak dapat melihat indahnya dunia.
Kecantikan tidak hanya ada di wajahnya namun juga hatinya tapi setelah kejadian buruk yang menimpanya itu, dia menutup dirinya sendiri, tak ada tawa tak ada bahagia, tak ada teman dan tak ada satu pun orang yang menemaninya. Hanya ada kegelapan dan derita, ialah Pelangi, seorang gadis yang hanya bertemankan kesunyian. Pelangi yang awalnya ramah dan selalu terbuka kepada siapapun kini sosok itu telah berubah karena tekanan batin yang selalu menyiksanya.
Saat seminggu sebelum menuju Ujian Nasional SMP yaitu saat Pelangi berumur 15 tahun, Pelangi dinyatakan dikeluarkan dari sekolahnya, sekolah bertaraf internasional itu enggan menerima murid cacat seperti Pelangi. Demi mempertahankan nama baik sekolah akhirnya Pelangi pun dikeluarkan dari sekolah itu. Kini umur Pelangi sudah 17 tahun, 2 tahun Pelangi lalui dengan kesendirian, hidupnya benar-benar hancur, ia hanya bisa berdiam diri di rumah sederhana. Makan pun kadang tak tentu karena ia tak memiliki siapapun lagi.
“Ngi. Kita jalan-jalan yuk! Apa lo gak bosan tinggal di rumah ini terus, refresing donk Ngi!!” ujar sahabat Pelangi.
“Gue gak akan pernah bosan Ney, semua tempat yang gue datangin pasti akan sama aja, semuanya gelap. Gue kan buta! Mana mungkin gue bisa jalan-jalan kayak lo” ungkap Pelangi penuh kepedihan.
Neysa! Yap!! Siapa dia? Terkadang dia adalah seseorang yang sangat Pelangi sayangi namun juga terkadang Neysa adalah orang yang sangat ia benci. Sahabat yang meninggalkannya disaat dia sedang terpuruk. Semenjak kecelakaan dan Pelangi buta, Neysa meninggalkan Pelangi pergi ke luar negeri, entah apa alasannya. Pelangi membenci Neysa dan ingin melupakan sahabat yang dulunya adalah sahabat terbaiknya itu. Setelah 2 tahun Neysa kembali meminta maaf pada Pelangi.
Beribu kata maaf telah Neysa ucapkan, namun hati Pelangi sama sekali tak tergerak untuk memaafkannya. Sampai saat Neysa berpamitan kepada Pelangi untuk kembali lagi keluar negeri, Pelangi langsung memeluk Neysa. Di balik kebenciannya, ia sungguh takut kehilangan Neysa lagi. karena hanya Neysa yang ia miliki.
“Ma. Pa. Pasti di dalam sana gelap kan? Sama donk kayak Angi, disini juga gelap banget. Bahkan Angi aja gak tau sekarang siang atau malam” lirih Pelangi dengan isak tangis.
“Ma. Pa. Kenapa hidup ini begitu kejam sama Angi? Kenapa harus Angi sendiri yang selamat dari kecelakaan itu? Angi rindu Mama dan Papa. Angi sedih! Angi pengen ngelihat lagi supaya bisa memperbaiki semua ini!” Angi semakin tenggelam dalam tangisnya. Neysa yang menemaninya pun ikut menangis, melihat sahabatnya terpuruk.
“Ngi. kita pulang aja yuk.. langit udah mendung nih, kayaknya mau hujan!” ajak Neysa.
Sesampainya di rumah, hujan turun dengan derasnya, sederas air mata yang mengalir. Kini cuaca pun turut mengerti akan suasana hati Pelangi yang mendung. “Gimana Ney? Ada Pelangi?” Pelangi bertanya setelah hujan reda. “Ada Ngi. Pelangi nya indah banget” Neysa terkagum saat melihat pelangi dari jendela rumah Pelangi.
“Andai aja gue bisa ngeliat pelangi lagi! Tapi kayaknya gak mungkin” ujar Angi pesimis.
“Lo harus sabar ya, gue yakin kok suatu saat nanti pasti lo bisa ngelihat lagi, lo jangan menyerah!” Ujar Neysa menguatkan sahabatnya.

“Angiii awaaas!!!” teriak seseorang saat sebuah mobil Avanza hitam melaju ke arah Pelangi dengan langkah sigap orang itu mendorong tubuh Pelangi agar tidak tertabrak. Alhasil Pelangi selamat tapi tidak dengan orang itu, darah mengalir di sekujur tubuhnya sedangkan mobil tadi telah melaju tanpa rasa bersalah sedikitpun. Orang-orang sekitar mulai mengerumuni korban kecelakaan itu.
“Neysa! Bangun! Jangan tinggalin aku Ney!” ucap Pelangi dengan isak tangis.
Neysa dilarikan ke rumah sakit, Ibu dan Ayahnya menangis histeris melihat anaknya yang kini bertarung dengan maut. Kepedihan Angi semakin bertambah, ia hanya berdoa agar sahabatnya dapat tetap bertahan. Saat dokter keluar dari ruang tempat dimana Neysa dilarikan, Ibu Neysa langsung bertanya keadaan anaknya, namun dokter hanya menunduk dengan wajah penuh penyesalan.
“Anak saya selamat kan dok? Lakukan apapun untuk anak saya. Jangan biarkan Neysa pergi dok!” bentak Ayah Neysa kepada dokter. Pelangi hanya bisa mendengar semua itu dalam kegelapan.
“Maafkan saya Pak. Neysa tidak dapat bertahan lama, benturan di kepalanya sangat keras, silahkan bapak dan ibu melihatnya. Mungkin ini saat terakhirnya!” ujar dokter.
Ibu dan Ayah Neysa langsung masuk ke ruang itu, namun saat Pelangi pun hendak masuk juga, Ibu Neysa membentaknya. “Pergi kamu! Ini semua karena kamu! Neysa begini karena kamu! Kamu tidak pantas ada disini. Anak saya sekarat karena ingin menolong kamu. pergi!” ujar Ibu Neysa. Pelangi hanya bisa tertunduk dengan tangisan.

“Neysa, ini Mama nak. Kamu harus bertahan!” ucap Ibu Neysa. “Ma, jangan membenci Angi! Ini semua bukan salah Angi! Ini semua udah takdir. Neysa senang bisa membantu Angi!” ucap Neysa terengah-engah.
“seharusnya kamu tidak perlu membantu dia. Lihat akibatnya nak. Kamu jadi seperti ini! Papa dan Mama tak akan mungkin bisa memaafkannya!” ujar Ayah Neysa. Sejenak Neysa terdiam.
“Ma, Pa. Angi adalah sahabat terbaik Neysa. Inilah takdir Neysa. Allah mengirim Neysa ke Angi untuk membantunya melewati masa-masa gelapnya. Ma, Pa. mungkin ini lah permintaan terakhir Neysa. Neysa harap Mama dan Papa mau mengabulkannya” ujar Neysa.
Kedua orangtuanya hanya dapat terisak dalam tangis melihat anaknya sekarat.
“Nafas ini sudah terasa sangat berat Ma, Pa. Neysa mohon. Berjanjilah, jangan membenci Angi. Dia sahabat terbaik Neysa!”
3 minggu berlalu…
Dear sobatku, Pelangi.
Aku berharap saat kamu membaca ini, kamu sudah bisa melihat lagi dan mungkin aku sudah pergi ke alam yang sangat jauh. Jangan bersedih sobatku, karena aku tak ingin lagi bulir bening dan asin itu mengalir di pipi mu.
Melewati hari-hari bersama mu adalah saat-saat yang indah dalam hidupku. Maaf karena selama 2 tahun kemarin aku menghilang dan meninggalkanmu. Maaf karena aku tak menemanimu disaat-saat kamu terpuruk. Sobat, aku ingin bercerita tentang satu hal, alasanku meninggalkanmu adalah untuk berjuang melawan penyakit lambungku yang sudah kronis. Aku bersyukur setelah aku dinyatakan sembuh oleh dokter dan yang paling membuatku bahagia adalah saat aku tau aku bisa bertemu denganmu lagi.
Tapi mungkin inilah takdirnya. Aku ditakdirkan bukan untuk di sampingmu tapi untuk membantumu. Tapi kamu tenang aja, aku akan selalu bersamamu, bersama melihat indahnya pelangi.
Jangan menangis lagi, karena aku tau, kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau. Kamu sekarang bisa melihat lagi, aku senang melihat kamu senang.
Pelangi. Terkadang hidup ini memang sangat kejam, tapi sadarilah! Butuh sebuah kesedihan dan secercah bumbu kebahagiaan untuk dapat melihat indahnya warna-warni kamu, Pelangi!!
Ku tulis ini disaat nafasku semakin berat. Kini aku telah bahagia melihatmu bisa melihat lagi. Terimakasih sudah memberi kan warna pelangi di hidupku!!..
Neysa Shalsabila
Hanya ucapan terimakasih dan butiran air mata yang menemani Pelangi di samping makam Neysa. Sahabat terbaik yang takkan pernah sirna dalam hidupnya.
“Terimakasih sahabat! Aku takkan lagi menyerah. Terimakasih kamu sudah memberi ku arti indah nya hidup. Betapa pentingnya bersyukur. Aku akan menjaga mata ini seperti kamu menjaga persahabatan kita!” ujar Pelangi dengan air mata sedih bercampur bahagia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar