Aku membuka pintu rumahku setelah aku membuka kuncinya, dengan
perlahan aku membukanya. Ku ucapkan salam tapi tak ada yang menjawab.
Sejenak aku duduk di kursi ruang tamu, aku menghirup udara suasana
rumahku yang selalu ku rindukan. Aku menutup mataku perlahan mencoba
untuk mengingat kembali semua kenangan di rumahku saat terakhir kali aku
meninggalkannya.
Aku berdiri kembali, mataku memandang ke arah jarum jam dinding. Aku
tiba-tiba menangis tak mengerti, jam itu telah menunjukkan pukul 20.00
WIB. Keluargaku menjanjikan pada pukul itu, kami akan pergi ke tempat
yang selalu ku harapkan. Ku palingkan pandangan ke arah kanan dinding,
terdapat pigura foto yang tertempel di sana. Ada foto keluargaku tanpa
ayah, dan foto semua pribadi masing-masing.
Ku pandangi foto keluarga tanpa ayah itu, lalu aku mengambil foto
keluarga yang ada di dalam dompet milikku. Semuanya terlihat sama, kedua
foto keluarga itu tidak terdapat foto ayah. Tak pernah berubah, ayahku
selalu sibuk mementingkan pekerjaannya.
Aku memutar pandanganku ke arah kiri dari pundakku, aku melihat
televisi yang tak seperti dulu lagi. Kini, ukurannya lebih besar dan
lebih bagus dibandingkan sebelumnya. Aku berharap, ayahku juga bisa
berubah seperti televisi yang ada di rumahku itu. Rasanya seperti tidak
mungkin tapi apa salahnya jika aku berharap seperti itu.
“Hallo…,” ucapku, berharap ada yang menjawab.
“Hallo… hallo… hallo…” ucapku lagi, aku melambaikan tangankur ke setiap
sudut rumahku. Tak ada yang membalas lambaian tanganku. Pikirku semuanya
bodoh tapi rupanya aku yang terlihat gila.
Aku membuka pintu kamarku, ku lihat warna cat temboknya belum
berubah. Hijau adalah warna cat tembok di kamarku, padahal aku menyukai
merah muda. Ku rapatkan kedua tanganku ke dinding kamarku, kurasakan
dari sentuhan tanganku ke dinding kalau udara di kamarku lembab. Itu
adalah pengaruh karena aku sudah lama tak mengurus kamarku dan tak ada
yang mengurusnya selain aku semenjak bibi tak tinggal di rumah kami
lagi.
Ku tarik kain seprei yang sudah berbau itu karena telah lama tak
dibersihkan, ku ganti dengan yang baru. Semua buku bacaanku yang
disimpan di kamar jadi kotor terkena debu, aku membersihkannya dengan
kemoceng yang tergantung di dinding kamar samping lemari besar milikku.
Ku alihkan pandanganku ke samping kanan dekat lemari belajar, ada
komputer lamaku yang sudah terlihat usang monitornya, begitu pun semua
kabel dan CPU. Aku membersihkannya perlahan, belum saja lama aku
membersihkan semua isi di dalam kamarku, aku sudah banyak mengeluarkan
keringat. Mungkin karena aku tidak terbiasa bekerja seperti ini.
Saat aku menyapu lantai, aku menemukan foto di bawah meja belajarku,
ada fotoku bersama bibi jannah. Aku menangis tak sadarkan diri, rupanya
aku sangat merindukan dia. Dia sudah lama tak mengunjungi rumah ini lagi
semenjak aku memvonis nya mencuri tablet mahal milikku yang baru ku
beli tiga minggu sebelumnya. Aku merasa bersalah padanya, tabletku sudah
ditemukan di kelasku saat aku lupa membawanya lagi. Aku sudah sering
minta maaf tapi ia hanya mengangguk saja. Foto itu masih saja
kupandangi, ku tempelkan di dinding kamarku. Tepatnya jika aku bangun
tidur, foto itu lah yang akan pertama aku lihat saat aku membuka mata.
Aku segera selesai membersihkan kamarku, kemudian aku menyemprotkan
parfum milikku ke tiap sudut di kamarku. Akhirnya, aku selesai
membersihkan kamarku.
Handuk dan tempat sabun mandi pribadi milikku sudah tersedia di kamar
mandi, aku segera mandi. Kunci pintu di kamar mandiku rusak, aku tak
mempedulikannya.
Engga pegel min =))
BalasHapusEnggak ko biasa aja :D
BalasHapus